Lovian Inc

“It’s Okay to Not Be Okay”: Memiliki Anxiety Disorder Bukanlah Aib yang Harus Disembunyikan

Gambar: pixabay.com/Engin_Akyurt

SemarangPernah gak sih kamu merasa seolah-olah kamu menghabiskan setiap menit setiap hari untuk mengkhawatirkan hal-hal kecil? Atau kamu kerap kali mengalami ketakutan irasional? Jika kamu menjawab ya, maka… Selamat! kamu mungkin memiliki gangguan kecemasan.

 

Hah? Kok orang lagi mengalami kecemasan malah dikasih selamat? 

Iya. Ucapan selamat tadi memang sengaja dilakukan, karena ternyata kamu bisa mengenali dan mengakui bahwa kamu sedang berjuang dengan masalah kesehatan mental. Hal tersebut adalah langkah pertama untuk menghadapinya dan merasa lebih baik. Perlu diketahui juga bahwa, setiap orang dapat merasakan cemas dari waktu ke waktu, yang mana hal tersebut merupakan reaksi alami tubuh dan otak terhadap situasi atau peristiwa tertentu. 


Tapi pada kenyataannya, gangguan kecemasan atau Anxiety Disorder merupakan sesuatu hal yang lebih serius. Karena bagi mereka yang mengalami Anxiety Disorder seringkali merasa malu, bingung, dan kadang bisa sampai menangis ketika mulai bercerita apa yang sebenarnya mereka rasakan. Menurut time-to-change.org.uk, orang yang mengalami masalah kesehatan mental, rasa malu dan diam bisa sama buruknya dengan gejala itu sendiri.


STIGMA BURUK DARI LINGKUNGAN

Orang dengan gangguan mental yang sedang berjuang untuk sembuh dari penyakitnya, mereka kerap kali menghadapi stigma negatif oleh masyarakat, sehingga berdampak buruk bagi penderita gangguan mental. Mereka yang memiliki gangguan kecemasan akan merasa kehilangan harga diri dan efikasi diri yang menghalangi mereka untuk mencari pertolongan, ditambah dengan stigma yang membentuk citra buruk pada penderita penyakit mental.


Padahal faktanya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2017) menyatakan bahwa depresi dan kecemasan merupakan gangguan jiwa umum yang prevalensinya paling tinggi. Lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia (3,6% dari populasi) menderita kecemasan. Tak terkecuali di Indonesia, masalah kesehatan mental merupakan masalah serius di Indonesia. Berdasarkan survei Pusbalitbangses Kemenkes 2020, sebanyak 6.8% masyarakat Indonesia mengalami gangguan cemas. Dilansir dari kompas.com, menurut Survei Global Health Data Exchange tahun 2017 menunjukkan, di Indonesia jumlah pengidap gangguan kecemasan atau Anxiety Disorder menyentuh angka 8.4 jiwa. 


It’s okay to say “I have Anxiety”

Jadi pada intinya, Anxiety Disorder ini sangat bisa diobati, namun hanya 36,9% dari mereka yang menderita yang menerima pengobatan. Kalau kamu menderita kecemasan, jangan takut untuk mencari bantuan atau konseling. Meminta bantuan bukanlah tanda kelemahan. Sebaliknya, itu adalah tanda KEKUATAN. Kamu mungkin berpikir bahwa kamu sendirian dan tidak ada yang akan mengerti apa yang kamu alami, tetapi dengan membuka diri kepada orang-orang yang dekat dengan kamu dan menerima perawatan yang layak kamu terima, kita semua akan selangkah lebih dekat untuk memecahkan stigma seputar kecemasan. 


American Psychological Association menjelaskan beberapa faktor yang berkontribusi terhadap stigma kesehatan mental: pendidikan yang salah, media sosial, dan institusi/praktik penyakit mental di masa lalu. Media sosial adalah perhatian utama bagi massa, yang memberikan wajah palsu dari semua orang dan semuanya sempurna sepanjang waktu padahal sebenarnya mereka tidaklah sesempurna itu. 


Jika kamu merasa bahwa seseorang yang dekat dengan kamu mungkin menderita, dekati mereka dengan cara yang membuatnya merasa aman untuk terbuka kepada kamu. Ini mungkin terdengar seperti klise tetapi memang benar. Jadi, mintalah bantuan karena kamu tidak sendirian. 


Kamu pun nggak harus menghadapinya kecemasan ini sendirian, lho. It’s okay untuk mencari bantuan dari orang lain bahkan professional dan menghadapinya bersama. Misalnya, lewat belajar bersama professional dari IKIGAI Consulting, yang merupakan Holistic Well-Being Platform pertama di Indonesia dan merupakan salah satu unit bisnis Lovian.Inc. Sebagai sebuah konsep kebahagiaan dari Jepang, IKIGAI, menyadari bahwa memiliki makna dari keberadaan adalah hal penting karena membuat kita menjadi pribadi yang lebih sehat secara mental, fokus pada tujuan serta memberikan dampak positif ke orang sekitar. 


Bersama IKIGAI Consulting, mereka yang kerap kali mengalami kecemasan akan menjadi lebih teredukasi tentang pentingnya memiliki IKIGAI dan bagaimana memiliki akses terhadap support system yang tepat supaya bisa hidup seutuhnya (live life to the fullest). Kunjungi website IKIGAI Consulting berikut https://www.ikigaiguild.com/ untuk info selengkapnya. 



Referensi: 

Monrox, Lore. (2018). Don’t be afraid to say “I have anxiety”.  https://www.girlsglobe.org/2018/05/14/dont-be-afraid-to-say-i-have-anxiety/?doing_wp_cron=1643014782.7079811096191406250000  

Time to change. https://www.time-to-change.org.uk/mental-health-stigma 

Nailufar, Nibras Nada. (2019). Merefleksikan Joker (3): 1 dari 10 Orang Indonesia Alami Gangguan Jiwa https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/13/100000265/merefleksikan-joker-3-1-dari-10-orang-indonesia-alami-gangguan-jiwa?page=all 

Adhitya Sigit Ramadianto. (2022) Symptoms of depression and anxiety in Indonesian medical students: association with coping strategy and resilience https://bmcpsychiatry.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12888-022-03745-1 

Hartini, Nurul. Fardana, Nur Aini, dkk. (2018).Stigma toward people with mental health problems in Indonesia https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6217178/#b2-prbm-11-535 

https://ijmhs.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13033-021-00504-9