Bisakah Investasi Berkelanjutan Menyelamatkan Dunia?
Gambar: RonaldCandonga / Pixabay.com
Lovian.inc – Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar green business atau sustainable business? Bisa jadi sebagian orang menganggap ini mustahil. Karena dalam praktiknya, bisnis dan lingkungan merupakan hal yang sulit untuk bersatu. Meski sulit, tapi bukan berarti tidak mungkin.
Sama halnya dengan investasi. Untuk memulai investasi berkelanjutan, pastikan tujuan investor selaras dengan prinsip keberlanjutan, mampu perbarui model pemikiran yang lebih maju, dan harus menyelaraskan tentang bagaimana dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat.
Dilansir dari MIT Management Sloan School, Jason Jay, direktur MIT Sloan Sustainability Initiative, berpendapat bahwa investasi berkelanjutan dapat menyelamatkan dunia, namun perlu mempertimbangkan tiga peringatan.
Dalam pembicaraan Maret 2021 lalu, di acara MIT Impact Investing Initiative, Jay memaparkan kasus untuk investasi berkelanjutan yang sekarang sedang berada pada titik kritis.
“Apa yang telah terjadi selama 20 tahun terakhir ini adanya tren bahwa, investor mulai mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dari perusahaan, sebagai hal yang penting untuk keuntungan mereka sendiri,” kata Jay. “Pasar modal bergerak sangat cepat untuk mencoba memasukkan kinerja sosial dan lingkungan ke dalam cara perusahaan dinilai dan cara investor mengambil tindakan.”
Namun, ada tiga rintangan yang menghalangi momentum itu:
Rintangan 1: Ketidaksejajaran dalam komunitas investor
Menurut Jay, rintangan ini dilihat dari para pemilik aset besar yang membentuk pasar dengan cara yang rumit. Mereka adalah organisasi atau banyak anggota keluarga yang lintas generasi, yang mungkin memiliki perspektif berbeda, dan untuk sekarang ini mulai banyak generasi muda lebih peduli dengan masalah lingkungan sosial.
Hal yang sama berlaku dalam dana pensiun atau dana abadi, dengan banyak pemangku kepentingan yang memiliki berbagai prioritas. Masalah utama ke depan adalah bagaimana menyelaraskan prioritas sosial dengan berbagai tujuan investasi tersebut. Akankah organisasi bersedia mengambil lebih banyak risiko atau lebih sedikit pengembalian untuk mencapai dampak yang lebih besar?
Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah tindakan besar yang benar-benar konsisten untuk memecahkan kompromi dan serangkaian percakapan yang harus terjadi dalam organisasi pemilik aset.
Rintangan 2: Masih Adanya Pemahaman-Pemahaman yang Salah tentang Investasi Berkelanjutan
Salah satu pemahaman masyarakat akan investasi berkelanjutan ini justru didasari oleh pemikiran sekadar menghindari saham-saham bermasalah. Bahkan masyarakat menganggap instrumen pasar modal terbatas ketika melakukan investasi.
Selain itu adanya pemahaman tentang bagaimana tindakan investasi dapat memengaruhi perubahan tidak akurat. Jay mengatakan bahwa perubahan seharusnya datang lebih konsisten dengan keterlibatan pemegang saham yang mendorong manajemen untuk mengubah perilaku mereka.
Namun, penting juga untuk memikirkan dengan hati-hati tentang sistem yang ingin dipengaruhi. Sebagai contoh dalam permasalahan perubahan iklim. Banyak orang mungkin melihat panel surya atau energi terbarukan sebagai solusi. Itu belum tindakan sepenuhnya, kata Jay. Penting juga untuk bekerja lebih dalam mengurangi kegiatan lainnya yang memiliki dampak lebih besar.
Dalam kasus iklim, pemikiran seperti “Dengan menanam pohon, saya membuka saluran pembuangan yang berarti mengurangi permasalahan iklim, tetapi jika saya masih menyemburkan kran bahan bakar fosil, yang berarti permasalahan iklim akan selalu ada.”
Menurut Jay, solusi yang dapat direalisasikan adalah dengan menggunakan alat simulasi interaktif seperti En-ROADS (yang dikembangkan bersama dengan MIT Sloan Sustainability Initiative) adalah salah satu model yang diciptakan untuk mempercepat penerapan kebijakan iklim berbasis bukti, hal tersebut diharapkan membantu untuk memperbaiki model mental mereka dan membangun intuisi yang lebih cerdas.
Rintangan 3: Pengukuran tidak konsisten
Sangat penting untuk mengukur keberhasilan dan kemajuan, tetapi ini bisa menjadi tantangan besar, kata Jay, karena pelaporan yang salah dan metodologi tidak jelas serta ketidakadaan data berkualitas yang konsisten tentang bagaimana perusahaan melakukan keberlanjutan.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Pertama, tidak ada konsistensi dalam pelaporan atau pengumpulan data tentang perilaku etis perusahaan atau data lingkungan, sosial, dan tata kelola Environmental Social Governance (ESG). Perusahaan lain juga melaporkan informasi ini dengan cara yang berbeda, dan dengan tingkat ketelitian yang berbeda. Di samping itu Jay mengharapkan agar perusahaan untuk lebih memperhatikan kesetaraan gender, keadilan rasial, keselamatan pekerja, perubahan iklim, polusi air, dan keterlibatan dengan pemerintah.
Solusi
Jay dengan optimis mengungkapkan bahwa penyelarasan harus tetap dilakukan, karena seiring kemajuan teknologi, beberapa hal yang tidak menguntungkan menjadi menguntungkan. Dan itu akan terus berubah seiring dengan munculnya generasi milenial dalam pengelolaan perusahaan investasi dan tata kelola perusahaan serta kekayaan keluarga.
Jay optimis tentang model mental, karena investasi aktivis dan keterlibatan investor menjadi lebih terlihat. Untuk pengukuran, Jay mengungkapkan bahwa ia optimis akan melihat lebih banyak kebijakan publik yang mengharuskan perusahaan dan investor melakukan pengukuran dan manajemen risiko iklim, yang akan membuat semua risiko ini lebih terlihat. “Secara bertahap, kita bisa sampai ke tempat di mana pasar modal dapat memberi penghargaan kepada perusahaan untuk perilaku etis dan menangani kerusakan sosial dan lingkungan, tetapi ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan.”
Referensi:
Setujuuuu, udah saatnya pembisnis mikirin hal kayak gini